INTELEGENSI, KOGNISI, DAN METAKOGNISI

 

Ada dua model pendekatan yang dapat ditempuh yaitu pendekatan psikometri dan pemrosesan informasi

  1. Pendekatan psikometri melahirkan istilah inteligensi dan IQ (Intelligent Quotient) dan pendekatan pemrosesan informasi melahirkan istilah kognisi (Cognition).
  2. Pendekatan psikometri memahami inteligensi dari aspek strukturalnya, sedang pemrosesan informasi atau pendekatan kognisi memahami inteligensi dari aspek prosesnya.
  3. Unit analisis dalam pendekatan psikometri adalah faktornya, sedangkan unit analisis dalam pendekatan kognisi adalah komponen-komponen pemrosesan informasi.

Jadi bisa dikatakan bahwa untuk memahami arti inteligensi, kita akan lebih banyak berkecimpung dalam model pendekatan psikometri. Sedangkan untuk memahami artinya kognisi, kita akan lebih banyak berkecimpung dalam model pemrosesan informasi

  1. Inteligensi

Pendekatan psikometri disebut juga teori psikometri, karna basisnya adalah studi mengenai perbedaan-perbedaan individu atau diferensiasi kemampuan-kemampuan individual yang tersembunyi. Adanya kemampuan yang tersembunyi tersebut hanya dapat diidentifikasi melalui teknik matematis yang disebut analisis faktor. Penerapan teori ini dalam tes-tes inteligensi dimulai dengan sebuah matriks interkorelasi atau analisis kovarian. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi sumber-sumber “laten” yaitu variasi yang tersembunyi dalam skor-skor tes yang dicapai. Pada gilirannya variasi tersembunyi ini dirumuskan dalam teori, agar dapat diamati dan diukur dalam skor tes. Sumber-sumber laten ini berbeda pada masing-masing individu, dan disebut faktor-faktor. Jadi perbedaan-perbedaan kinerja antara satu individu dan individu lainnya yang terjadi ketika individu-individu menempuh tes-tes inteligensi, dapat diubah menjadi berbentuk faktor-faktor, dan masing-masing faktor mencerminkan kemampuan individu masing-masing.

Pemahaman tentang inteligensi yang dapat diukur melalui faktor-faktor sebagai kemampuan yang tersembunyi, terus mengalami perkembangan. Perkembangan itu berawal dari pandangan Terman bahwa inteligensi itu bersifat tunggal atau hanya terdiri dari satu faktor saja, yakni kecerdasan umum. Selanjutnya Charles Spearman mengemukakan bahwa ada dua faktor utama dalam inteligensi yaitu faktor G (general) dan faktor S (specific). Faktor G menunjuk pada performansi semua tugas intelektual , faktor S menunjuk pada performansi satu tugas intelektual saja yang relevan dnegan tugas tertentu. Menurut Spearman faktor G lebih bersifat genetis dan faktor S lebih banyak diperoleh melalui latihan dan pendidikan.

Pandangan yang lebih representatif yang menggambarkan perbedaan-perbedaan individual adalah pandangan Thurstone (1938 dalam stenberg,1985:5-6). Menurut dia inteligensi terdiri dari faktor jamak (multiple factors), yang mencakup tujuh kemampuan mental utama(primary mental abilities),yaitu:

  1. Pemahaman verbal (verbal comprehension), yang biasanya diukur melalui tes-tes kosa kata, termasuk sinonim dan lawan kata, dan tes-tes kemampuan menyimak bacaan.
  2. Kecepatan verbal (verbal fluency), biasanya diukur melalui tes yang menuntut kecepatan dan ketepatan menghasilkan kata-kata.
  3. Bilangan (number), biasanya diukur melalui pemecahan masalah aritmatika. Tes ini sangat menekankan, tidak hanya masalah-masalah perhitungan dan pemikiran, melainkan juga penguasaan atas pengetahuan yang sudah ada sebelumnya.
  4. Visualisasi spasial (spatial visualization), biasanya diukur dengan tes yang menuntut manipulasi mental atas simbol-simbol atau bangunan geometris.
  5. Ingatan (memory), biasanya diukur melalui tes mengingat kembali kata-kata atau kalimat yang dihafal dari gambar-gambar yang disertai keterangan gambar (kata-kata)
  6. Pemikiran (reasoning), biasanya diukur melalui tes-tes analogi-analogi (misal: Pengacara, Klien, Dokter, dll), atau rangkaian huruf atau angka yang bisa diteruskan untuk diselesaikan (2,4,7,11,…..)
  7. Kecepatan persepsi (perseptual speed), biasanya diukur melalui tes-tes yang menuntut pengenalan simbol-simbol secara cepat, misalnya kecepatan menyilang atau memberi tanda pada huruf f yang terdapat dalam deretan huruf-huruf (Stenberg,1985:5-6)

 

Pakar lain yang mengembangkan konsep tentang inteligensi adalah Guilford (1971 dalam Khatena,1992), yang terkenal dengan teorinya yang disebut Struktur Intelek (Structure of Intelect:SOI). Teori ini tampaknya merupakan perluasan komprehensif atas teori faktor jamak (multiple factors theory) Thurstone. Teori SOI Gulford mengemukakan bahwa inteligensi memiliki 180 kemampuan (semula 150 kemampuan). Teori ini sering juga disebut teori tiga dimensi karena digambarkan dalam bentuk kubus tiga dimensi, yaitu: operasi, produk, dan isi.

A . Dimensi operasi, mencakup lima aspek yang terlibat dalam pemrosesan informasi, yaitu:

  • Kognisi, berfungsi menyimpan dan mengeluarkan informasi dari otak
  • Operasi produk konvergen, bersifat tunggal dan konvensional
  • Operasi produk divergen, mencakup berbagai alternatif dan variasi ide yang tidak biasa.
  • Memori, berfungsi untuk menyimpan dan mereproduksikan kembali (mengingat) informasi.
  • Evaluasi, yang melakukan perbandingan dan penilaian berdasarkan kriteria tertentu.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                     B. Dimensi produk, memiliki enam bentuk organisasional produk dalam informasi yang diproses individu, meliputi:
  • Unit, item tunggal informasi
  • Kelas, kelompok item informasi yang memiliki sifat-sifat yang sama
  • Relasi, keterkaitan antara item informasi yang memiliki kesamaan
  • Sistem, koleksi item informasi yang merupakan suatu kompleksitas yang saling berhubungan
  • Transformasi, perubahan atau modifikasi informasi
  • Implikasi, penerapan informasi.

 

 

C. dimensi isi atau konten , terdiri lima aspek yaitu;

1.visual

2.pendengaran

3.simbolik; informasi dalam bentu simbol

4.semantik; yang memberikan makna tertentu pada informasi

5.perilau; yang mengarahkan bentuk sikap

Kemudian dalam perkembangan selanjutnya fungsi figural(gambar) dilepaskan dari fungsi auditoris jadi aspek keenam dalam isi konten adalah figural (khatena,1992 dalam semiawan).

Pakar berikutnya RAYMOND B CATTELL (1963, dalam azwar,1996) menyatakan bahwa kemampuan mental dapat diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu intelegensi fluid dan intelegensi crystallized.

Intelegensi fluid yaitu merupaan kemampuan bawaan yang diperoleh seja kelahiran dan lepas dari pengaruh pendidikan dan pengalaman.

Intelegensi crystallized yaitu meningkatnya kadar dalam diri seseorang siring dengan bertambahnya pengalaman

Menurut HOWARD GARDNER (1983,1993) mengajukan teori inteligensi yang bersifat jamak yang membahas kemampuan otak manusia dan sesitivitasnya terhadap beragam budaya manusia

Gardner mengelompokan menjadi tujuh kelompok inteligensi yaitu

  1. inteligensi linguistik ; kemampuan menggunakan bahasa dalam memahami bacaan
  2. intekigensi logika matematika ; kemampuan memahami dan menggunakan logika dan pengetahuan lainnya
  3. inteligensi spasial ; kemampuan membentuk suatu model mental dari masalah spasial
  4. inteligensi musik ; kemampuan menggunakan bahasa musik
  5. inteligensi kinestik tubuh ; kemampuan memecahkan atau melihat masalah dengan menggunakan seluruh badan
  6. inteligensi interpersonal ; kemampuan memahami orang lain dan motivasi motivasi mereka
  7. inteligensi intrapersonal ; kemampuan koleratif yang diarahkan kedalam diri untuk membentuk model diri

Selanjutnya gardner menambah dua jenis inteligensi yaitu inteligensi natural dan inteligensi spiritual.

  1. Inteligensi natural yaitu ; kemampuan mengenal flora ,fauna,dan mencintai alam seperti biologi dan fisika
  2. Inteligensi spiritual ; kemampuan menghayati hal hal yang bersifat realigi

Menurut ROBERT J.STEMBERG (1997 DALAM SOETARLINAH SUKADJI,1998) berdasarkan survei tahun 1921 , pada umumnya inteligensi berkaitan dengan kemampuan,tingkat tinggi , kemampuan belajar , adaptasi untuk memenuhi tuntutan lingkungan.

Definisi penting ada dua unsur yaitu :

Kapasitas untuk belaar dari pengalaman dan kapasitas untuk beradaptasi dari lingkungan. Dengan demikian definisi intelegensi mengarah pada kemampuan untuk beradaptasi dari tuntutan lingkungan . Selanjutnya saran stemberg yaitu inteligensi adlah kemampuan mental yang dibutuhkan untuk adaptasi maupun membentuk dan memilih konteks lingkungan.

Definisi inteligensi mengarahkan untuk kemampuan beradaptasi pada lingkungan atau kemampuan kreatif dan inovatif untuk menemukan konteks baru. Menurut Sternberg, inteligensi adalah kemampuan mental yang dibutuhkan untuk adaptasi maupun membentuk dan memilih konteks lingkungan.

  1. Kognisi (pemrosesan informasi)

Pembahasan proses mental terdapat beberapa pendekatan, yaitu pendekatan prilaku yang dikemukakan oleh behaviorisme, dan pendekatan kognisi atay pemrosesan informasi

a. Pendekatan kognisi

Darlene V. Howard mengemukakan pandangan pendekatan kognisi.

  • Pendekatan kognisi lebih menekankan cara mengetahui. Pendekatan ini menemukan cara ilmiah yang ditempuh proses mental seorang individu untuk memperoleh penguasaan dan pengaplikasian. Pendekatan kognitif lebih banyak mempergunakan pikiran dan bukan tindakan/perbuatan.
  • Pendekatan kognisi lebih menekankan struktur mental atau pengaturan. Jean piaget menyatakan bahwa semua makhluk hidup dilahirkan dengan keahlian yang benrbeda-beda.
  • Pendekatan kognisi mempersepsikan individu sebagai makhluk yang aktif, konstruktif, dan berencana. Manusia harus melakukan analisis tentang strategi yang digunakan dalam berpikir,mengingat, memahami dan juga menghasilkan bahasa.

Menurut Howard teori pemrosesan informasi memiliki tiga asumsi :

  • Antara stimulus dan respon terdapat rangkaian tahapan pemrosesan
  • Jika stimulus diproses melalui tahapan pertama, maka bentuk dan isi stimulus akan diasumsikan telah melalui sejumlah tahapan perubahan
  • Pendekatan pemrosesan informasi ini penentuan rangkaian tahapan yang membentuk satu kognisi dan penentuan sifat dari perubahan sangat penting untuk memahami sifat kognisi manusia

 b. Teori Pemrosesan Informasi

 Terdiri dari 3 subsistem, yaitu :

  1. Fungsi register sensorik / sensory registers

Berfungsi untuk menyimpan informasi yang berbentuk stimulus, baik yang bersifat visual, auditori, maupun tactile berdasarkan kejadian yang dialami. Ini biasanya memiliki waktu penyimpanan yang singkat. Karena singkatnya waktu penyimpanan informasim maka jelas perlu adanya subsistem yang kedua, yaitu

  1. Fungsi memori yang sedang bekerja / working memory

Berfungsi untuk mempertahankan informasi. Karakteristik terpentingnya adalah terbatasnya kapasitas. Maka apabila kapasitas telah tercapai, penambahan memori baru mengakibatkan terjadinya peristiwa yang disebut Lupa. Stimulus berbentuk visual seperti gambar maka memori memberikan penyandian atau pengkodean dengan memberi nama pada gambar tersebut.

  1. Fungsi Memori Jangka Panjang (Long-Term Memory)

Memori jangka panjang berfungsi menyimpan secara permanen keseluruhan pengetahuan individu. Berarti memori tidak akan pernah terhapus. Fungsi paling penting dari memori jangka panjang yaitu semantic,menyimpan makna dari suatu kata dan pengalaman. Memori jangka panjang juga melakukan coding atau pengkodean. Memori jangka panjang memiliki kemampuan mengolah data. Fungsi pengolahan data ini disebut prosedur. Dengan begitu,seseorang dapat memecahkan persoalan.

Pemrosesan informasi memiliki proses control. Proses ini berfungsi sebagai strategi dalam memecahkan masalah,mengingat kembali memori,dan strategi untuk memahami dan menghasilkan bahasa menurut Howard. Menurut Akinson dan Shiffrin,mereka mengembangkan model structural yaitu model yang menerangkan tahap-tahap dalam sistem pemrosesan informasi pada manusia dan mekanisme kontrolnya. Model tersebut terdiri dari tiga tahap,yaitu : register sensoris,memory jangka pendek,dan memori jangka panjang.  Model ini juga menunjukan adanya proses control dalam pemrosesan informasi,missal maintenance rehearsal,elaborasi,rekonstruksi dan organisasi.

 

Perbedaannya dengan teori Howard yaitu Atkinson dan Shiffrin menyebutkan adanya fungsi control dan menggambarkannya secara sendiri sebagai bagian dari struktur model. Sedangkan Howard menjelaskan bahwa fungsi control dianalogikan dengan program computer yang mengatur alur informasi dalam arti menyimpan dan mengolah guna memecahkan masalah yang dihadapi.

Menurut Atkinson dan Shiffrin fungsi control meliputi :

  1. Maintenance Rehearsal berfungsi mengulang-ulang informasi supaya tetap ada di pusat perhatian
  2. Elaborasi berfungsi mengaitkan informasi yang sudah diulang-ulang dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah ada sebelumnya.
  3. Rekonstruki berfungsi mengaitkan informasi baru dengan informasi lama,berarti mengintegrasikan informasi baru ke dalam memori.
  4. Organisasi berfungsi sebagai proses yang mengatur informasi, mengklasifikasikan dan memberi label atau simbol pada masing-masing kelas yang dapat membantu proses retrieval ( proses pengeluaran kembali informasi yang disimpan dalam long-term memory)

 

Pendapat Howard 1983 dan Atkinson & Shiffrin tentang pemrosesan informasi dalam (Berk 1989 & Djiwatampun 1993) terdiri dari 3 subsistem : register sensorik ( sensory registers ), memori yang sedang bekerja ( working memory ) atau  memori jangka pendek ( short-term memory ) dan memori jangka panjang (long-term memory ).

Fungsi register sensorik adalah menyimpan informasi walaupun dalam dalam durasi waktu yang sangat singkat.

Fungsi memori yang sedang berkerja adalah menyimpan informasi dalam waktu yang lebih lama, terutama bila dilakukan latihan (rehearsal),sehingga informasi tidak mudah di lupakan. Penimpanan tidak dalam bentuk asilnya ,tetapi dalam bentuk (coding).

Fungsi memori jangka panjang berfungsi  menyimpan informasi secara permanen (tetap) dan fungsi yang paling penting adalah melakukan semantic ( semantic ) atau pemberian makna terhadap suatu memori. Di samping itu memori jangka panjang berfungsi melakukan pengkodean (coding) dan fungsi sebagai prosedur (procedures) atau proses control. Dengan kata lain memori jangka panjang melakukan proses control ( control processes). Memori jangka panjang juga merupakan strategi memecahkan masalah, mengikat kembali (recalling),memahami dan menghasilkan bahasa. Pola (pattern recognition) berfungsi melakukan identifikasi sususan stimulus sensorik yang kompleks.

  1. Metakognisi (metakomponen)

Metakognisi berhubungan dengan kognisi.istilah meta berasal dari bahasa yunani artinya lebih tinggi,lebih di atas ( bandingkan dengan metafisik, metaempiris,metafora,metaetika dll). Baker dan brown (1984 dalam Hamilton & ghatala, 1994 : 132 ) ada 2 tipe metakongnisi,yaitu:

  • Pengetahuan tentang kognisi ( knowledge about cognition), meliputi pengentahuan seseorang tentang seseorang tentang sumber daya (resources) kongnisinya sendiri, dan kesesuaian antara karakter pribadi seseorang pembelajar dengan situasi belajar.
  • Pengetahuan kognisi (regulation of cognition),merupakan mekanisme pengetahuan diri yang digunakan oleh siswa yang aktif selama memecahkan masalah.

Donald miechenbaum dan koleganya mengurikan metakognisi sebagai “kesadaran seseorang tentang proses kongnisi mereka sendiri dan bagaimana proses itu bekerja” ( awareness of their own congnitive machinery and how the machinery works”)

Miechenbaum dkk, 1985: 5 dalam woolfolk, 1998;267). Secara harfiah metakognisi berarti kognisi tentang kognisi atau pengetahuan tentang pengetahuan (“cognition about congnition or knowledge about knowledge”)

Metakognisi meliputi 3 macam pengetahuan,yaitu:

  • Pengetahuan deklaratif yaitu pengetahuan “ yang dapat di nyatakan,biasanya secara verbal”.melalu ceramah,buku,tulisan,pertukaran kata-kata,Braille, bahasa sandi,notasi matematika dan sebagainya.
  • Pengetahuan procedural adalah pengetahuan ”mengenai cara melakukan sesuatu”,seperti sebagai pecahan atau membersihkan karburator.
  • Pengetahuan kondisional adalah pengetahuan “mengenai mengapa dan kapan”,melakukan pengetahuan deklaratif ataupun procedural (schraw & markman 1993 , dalam woolfolk,1998:267)

Penegtahuan metakognisi digunakan untuk mengatur kegiatan berpikir dan belajar (brown,1987,nelson,1996,dalam woolfolk, 1998: 267),terdapat 3 macam keterampilan hakiki dalam metakognisi,yaitu:

  • Perencanaan : menentukan berapa banyak waktu yang disediakan untuk menyelesaikan suatu tugas,strategi mana yang di gunakan, bagaimana mulai suatu tugas,sumber daya apa yang harus dilibatkan, instruksi mana yang harus diikuti, apa yang di gunakan untuk menyeleksi dan hal apa yang harus diberikan secara penuh (intens),dan lain sebagainya.
  • Monitor : ada kesadaran “on-line” tentang  “mengapa saya melakukan?” monitoring memerlukan pertanyaan “apakah ini masuk akal?”,”apakah saya melakukan terlalu cepat?”,”apakah saya telah cukup belajar?”.
  • Evaluasi : meliputi pembuatan penilaian (judgements) tentang proses serta hasil berpikir dan belajar. “ apakah saya akan mengubah strategi?”,”apakah saya memerlukan bantuan?” , “apakah tugas –tugas akademik (makalah, gambar,model, syair atau puisi, perencanaan, dan lain sebagainya ) sudah selesai dikerjakan?”

Donald Miechenbaum dan kolegannya menguraikan metakognisi sebagai “kesadaran seseorang tentang proses kognisi mereka sendiri dan bagaimana proses itu bekerja”. Secara harfiah metakognisi adalah kognisi tentang kognisi atau pengetahuan tentang pengetahuan. Pengetahuan tersebut yang digunakan untuk memonitor dan mengatur proses kognisi yakni: penalaran, pemahaman, pemecahan masalah, pembelajaran, dan lain sebagainya.

Metkognisi meliputi tiga macam pengetahuan, yaitu:

  1. Pengetahuan deklaratif

Pengetahuan yang dapat dinyatakan , biasanya secara verbal. Dilakukan lewat ceramah, buku, tulisan, pertukaran kata, braille, bahasa sandi, notasi matematika, dan sebagainya.

  1. Pengetahuan prosedural

Pengetahuan mengenai cara melakukan sesuatu, seperti membagi pecahan atau membersihkan karburator. Pengetahuan prosedural harus didemonstrasikan.

  1. Pengetahuan kondisional

Pengetahuan mengenai mengapa dan kapan, melakukan pengetahuan deklaratif ataupun prosedural.

Pengetahuan metalognisi digunakan untuk mengatur kegiatan berpikir dan belajar. Terdapat tiga macam keterampilan yang hakiki dalam metakognisi, yaitu:

  1. Perencanaan

Menemukan berapa banyak waktu yang disediakan untuk menyelesaikan tugas, strategi yang akan digunakan, bagaimana memulai suatu tugas, sumber daya apa yang dilibatkan, instruksi mana yang diikuti, apa yang digunakan untuk menyeleksi, dan hal apa yang harus diberikan secara penuh (intens), dan lain sebagainya.

  1. Monitor

Merupakan kesadaran online tentang “Mengapa saya melakukan?”. Monitoring memerlukan pertanyaan, contohnya: “Apakah ini masuk akal?”, “Apakah saya melakukan terlalu cepat?”, “Apakah saya telah cukup dalam belajar?”

  1. Evaluasi

Meliputi penilaian (judgements) tentang proses serta hasil berpikir dan belajar. Contohnya: “Apakah saya akan mengubah strategi?”, “Apakah saya memerlukan bantuan?”, “Apakah tugas akademik sudah selesaikan dikerjakan?”

Beberapa perbedaan dalam kemampuan metakognisi merupakan akibat dari suatu perkembangan. Anak yang lebih tua mampu melatih kontrol eksekutif (fungsi metakognisi) dan menggunakan strategi. Contohnya, anak yang lebih tua mampu memecahkan masalah akademis apabila telah diberikan instruksi, atau mereka mampu mengingat pelajaran apabila cukup mempelajarinya. Kemampuan metakognisi berkembang ketika anak berusia sekitar lima sampai tujuh tahun dan ditingkatkan melalui sekolah.

Akan tetapi, tidak semua perbedaan kemampuan metakognisi disebabkan karena umur atau kematangan seseorang. Kemampuan metakognisi pun tidak memiliki hubungan dengan kemampuan intelektual. Kemampuan metakognisi yang  tinggi dapat menutupu kekurangan dalam intelektual yang rendah. Maka dari itu, kemampuan metakognisi ini sangat penting bagi siswa yang sering mengalami kesulitan belajar.

Selanjutya, menurut Eggen & Khauchak, metakognisi meliputi:

  1. Pengetahuan atau kesadaran seseorang tentang proses kognisi mereka.
  2. Kemampuan menggunakan mekanisme pengaturan diri untuk mengontrol proses kognisi.

Senada dengan pandangan Baker & Brown (1984) dan Eggen & Khauchak (1997) tentang metakognisi, Ferrari dan Steinberg (1998) membedakan antara pengetahuan metakognisi dan aktivitas metakognisi. Pengetahuan kognisi mencakup pemantauan dan refleksi pemikiran saat ini atau yang baru saja terjadi.

Ini meliputi baik pengetahuan faktual seperti pengetahuan tentang tugas, tujuan atau dirinya sendiri, maupun pengetahuan tentang strategi seperti bagaimana dan kapan menggunakan prosedur khusus untuk memecahkan masalah. Sedangkan aktivitas metakognisi terjadi pada waktu siswa secara sadar menyesuaikan dan mengatur cara berpikirnya selama memecahkan masalah dan berpikir dengan tujuan tertentu.

Berdasarkan pandangan para ahli tersebut, dapat disimpulakn bahwa metakognisi merupakan pengetahuan dan kesadaran seseorang tentang kognisinya sendiri serta mempunyai tiga macam fungsi esensial yaitu merencanakan, memonitor, dan mengevaluasi proses kognisi agar dapat mencapai tujuan yang telah di tetapkan.

 

Tinggalkan komentar