PERILAKU

 

BAB I

Pendahuluan

Setelah psikologi berkembang luas dan  dituntut mempunyai ciri-ciri suatu disiplin ilmu pengetahuan maka jiwa dipandangselalu abstrak. Sementara itu, ilmu pengetahuan menghendaki objeknya bisa diamati, dicatat, dan diukur.

Hal ini membawa J.B. Watson (1878-198) memandang psikologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang perilaku karena perilaku dianggap lebih mudah diamati, dicatat dan diukur. Arti perilaku mencakup perilaku yang kasatmata seperti makan, menangis, memasak, melihat, bekerja, dan perilaku yang tidak kasatmata seperti makan, menangis, memasak, melihat, bekerja, dan perilaku yang tidak kasatmata seperti fantasi, motivasi, dan proses yang terjadi pada waktu seseorang diam atau secara fisik tidak bergerak.

Tujuan dari peneliitian ini adalah untuk mendeskripsikan apa yang di maksud dengan Perilaku, Memaparkan bagaimana konsep perilaku dalam biologi, menjelaskan tentang bagaimana bentuk – bentuk perilaku baik itu perilaku bawaan dan perilaku belajar

Manfaat dari penelitian ini adalah dengan adanya penulisan makalah ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi yang membutuhkan, khususnya untuk orang-orang yang ingin lebih mendalami lagi ilmu psikologi.

BAB II

Landasan Teori

  1. Perilaku
  2. Pengertian Perilaku

Dari sudut Biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan, yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung.

Perilaku dapat terjadi sebagai akibat stimulus dari luar. Reseptor diperlukan untuk mendeteksi stimulus, saraf diperlukan untuk mengkoordinasikan respon dan efektor untuk melaksanakan aksi.

Perilaku dapat pula terjadi sebagai stimulus dari dalam. Stimulus dari dalam, misalnya rasa lapar, memberikan motivasi akan aksi yang akan diambil bila makanan benar-benar terlihat atau tercium.

Umumnya perilaku suatu organisme merupakan akibat gabungan stimulus dari dalam dan dari luar.

 

  1. Macam-macam Perilaku
  2. Perilaku Bawaan

Bersifat tetap, diprogram genetik, kisaran perbedaan lingkungan pada individu kelihatannya tidak mengubah perilaku, dan tanpa pengalaman spesifik sebelumnya.

 

Bereaksi terhadap stimulus dengan bergerak secara otomatis langsung mendekati atau menjauh dari atau pada sudut tertentu terhadapnya. Macam-macam taksis: kemotaksis, fototaksis, magnetotaksis.

     

           * Refleks 

Respon bawaan paling sederhana yang dijumpai pada hewan yang mempunyai system saraf. Refleks adalah respon otomatis dari sebagian tubuh terhadap suatu stimulus. Respon terbawa sejak lahir, artinya sifatnya ditentukan oleh pola reseptor, saraf, dan efektor yang diwariskan.

           *   Naluri

Pola perilaku kompleks yang, sebagaimana refleks, merupakan bawaan, agak tidak fleksibel, dan mempunyai nilai bagi hewan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Naluri lebih rumit dibandingkan dengan refleks dan dapat melibatkan serangkai aksi.

 

           *Pelepas Perilaku Naluri

Sekali tubuh siap di bagian dalam untuk tipe perilaku naluriah tertentu, maka diperlukan stimulus luar untuk mengawali respon. Isyarat yang memicu aksi naluriah disebut pelepas (release). Begitu respon tertentu dilepaskan, biasanya langsung selesai walaupun stimulus efektif segera ditiadakan.

Isyarat kimia, yaitu feromon, berfungsi sebagai pelepas penting pada serangga sosial.

           *Perilaku Ritme dan Jam Biologis

Perilaku berulang-ulang pada interval tertentu yang dinyatakan sebagai ritme atau periode. Daur perilaku ritme dapat selama dua jam atau setahun. 

           *Perilaku Belajar

Perilaku yang terulang dan dimodifikasi secara permanen akibat pengalaman individu. Perilaku bisa berubah karena perubahan-perubahan perkembangan yang terus menerus pada sistem neuromuskuler.

 

  1. Kebiasaan

Hampir semua hewan mampu belajar untuk tidak bereaksi terhadap stimulus berulang yang telah dibuktikan tidak merugikan. Fenomena ini dikenal sebagai kebiasaan (habituasi) dan merupakan suatu contoh belajar sejati.

       2. Keterpatrian/Tanggap Tiru Imprinting

Merupakan salah satu contoh belajar yang khusus dan nyata. Contoh: jika seekor anak angsa yang baru menetas dihadapkan pada sebuah benda yang dapat bergerak dan mengeluarkan bunyi yang dapat terdengar, hewan itu akan mengikutinya sebagaimana mereka mengikuti induknya, Waktu penghadapan cukup kritis, karena jika dilakukan beberapa hari setelah menetas, keterpatrian tidak terjadi. Keterpatrian ini dikenal berkat penelitian Konrad Lorenz.

        3. Respon yang Dilazimkan

Merupakan perilaku terajar yang paling sederhana, yang pada dasarnya adalah respon sebagai hasil pengalaman, disebabkan oleh suatu stimulus yang berbeda dengan yang semula memicunya. Ivan Pavlov, fisiologiawan Rusia, dalam penelitiannya dengan anjing menemukan bahwa jika anjing diberi makanan pada mulutnya, ia akan mengeluarkan air liur yang mungkin merupakan refleks bawaan yang melibatkan kuncup rasa, neuron sensori, jaring-jaring neuron di otak, dan neuron motor yang menuju kelenjar ludah. Pavlov kemudian menemukan jika pada saat meletakkan makanan di mulut anjing ia membunyikan bel, anjing selanjutnya akan berliur setiap kali anjing tersebut mendengar bel. Hal ini merupakan respon yang diperlazimkan. Anjing telah belajar bereaksi terhadap stimulus pengganti, yaitu stimulus yang diperlazimkan.

Percobaan mengenai pelaziman telah banyak memberi keterangan tentang proses belajar pada manusia. Pelaziman terjadi paling cepat bila (1) stimulus yang bukan diperlazimkan dan stimulus yang diperlazimkan sering diberikan bersama-sama, (2) tidak ada pengalihan perhatian, dan (3) diberikan semacam hadiah/imbalan untuk penampilan/prestasi yang berhasil terhadap respon bersyarat tadi.

       4. Pelaziman Instrumental

Prinsip pelaziman dapat dipakai untuk melatih hewan melakukan tugas yang bukan pembawaan lahir. Dalam hal ini, hewan ditempatkan pada suatu keadaan sehingga dapat bergerak bebas dan melakukan sejumlah kegiatan perilaku yang berlain-lainan. Peneliti dapat memilih untuk memberi imbalan hanya pada perilaku tertentu. Latihan ini dikenal sebagai pelaziman instrumental atau pelaziman operan (istilah kedua diberikan oleh psikolog B.F. Skinner yang terkenal karena dapat melatih merpati untuk bermain pingpong dan bermain piano mainan).

        5. Motivasi

Diantara kebanyakan hewan, motivasi (terkadang disebut juga dorongan) dihubungkan dengan kebutuhan fisiknya. Seekor hewan yang haus akan mencari air dan yang merasa lapar akan mencari makanan. Kepuasan terhadap dorongan merupakan kekuatan motivasi dibalik perilaku hewan tersebut. Sebagian besar perilaku spontan hewan-hewan ini merupakan akibat usaha memelihara homeostasis. Banyak diantara dorongan ini bersumber dalam hipotalamus. Dalam semua kasus, hipotalamus mengawali respon yang berakibat penurunan dorongan tersebut, dan dapat pula menghambat beberapa di antara respon tadi bila titik kepuasan tercapai.

Pada manusia, sebagian besar perilaku terhadap keinginan memuaskan kebutuhan fisik, tidak selalu dapat diterangkan seperti keterangan di atas. Banyak kegiatan yang dilakukan kendatipun tidak ada imbalan atau hukuman luar yang didapatkan. Melakukan proses (kegiatan) itu sendiri sudah merupakan imbalan. Simpanse dan manusia juga kadang mau bekerja untuk tujuan yang belum tampak.

        6.Konsep

Kebanyakan hewan memecahkan masalah dengan mencoba-coba. Selama ada motivasi yang memadai hewan akan mencoba setiap alternatif dan secara bertahap, melalui kegagalan dan keberhasilan yang berulang, belajar memecahkan masalahnya. Manusia umumnya tidak sekedar belajar dengan cara mencoba-coba. Bila dihadapkan pada suatu masalah, manusia mungkin melakukan satu atau dua usaha sembarang sebelum “berhasil” memecahkannya. Respon ini disebut wawasan. Wawasan mencakup menanamkan hal-hal yang telah dikenal dengan cara-cara baru. Jadi merupakan tindakan kreatif sejati. Wawasan juga bergantung pada perkembangan konsep atau prinsip.

Pemecahan masalah dengan menggunakan konsep melibatkan suatu bentuk penalaran. Ada dua proses pemikiran berlainan namun berkaitan yang terlibat, yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif. Penalaran induktif berarti mempelajari prinsip umum dari pengalaman dengan situasi khusus dan jelas. Penalaran deduktif, menerapkan prinsip umum pada situasi khusus yang baru.

      7. Bahasa

Semua manusia, bahkan dalam masyarakat yang paling primitif pun, memiliki bahasa yang sangat maju. Hal ini merupakan abstraksi yang kedua (konsep merupakan abstraksi juga).

      8. Memori

Belajar bergantung kepada memori (ingatan). Jika organisme bermaksud memodifikasi perilakunya dari pengalaman, maka ia harus mampu mengingat-ingat apa pengalamannya itu. Sekali sesuatu dipelajari, maka memori diperlukan agar yang dipelajarinya itu tetap ada.

Ada dua teori dasar tentang memori. Yang pertama menyatakan bahwa memori merupakan proses dinamik. Menurut teori ini, sensasi menimbulkan impuls saraf, yang kemudian beredar untuk jangka waktu tak terbatas melalui jaring-jaring neuron dalam sistem saraf pusat. Hal ini memungkinkan karena jaring-jaring interneuron yang amat luas dalam serebrum manusia. Teori dinamik ini ditunjang oleh fakta yang menakjubkan bahwa belum pernah ditemukan daerah khusus dalam otak manusia untuk penyimpanan memori yang lama.  Teori yang kedua mengatakan bahwa setiap sensasi yang diingat kembali mengakibatkan sedikit perubahan fisik yang permanen di dalam otak. Beberapa biologiwan mengemukakan bahwa memori mungkin disimpan dalam kode kimiawi di dalam otak. Beberapa memperhatikan RNA, beberapa memperhatikan protein, sebagai substansi yang menyandikan memori. Masih terlalu dini untuk menyatakan apa sifat memori itu. Bisa jadi proses dinamik maupun perubahan fisika-kimia terlibat didalamnya.

Perolehan memori terjadi paling sedikit dalam dua langkah yang berbeda. Pada manusia, kerusakan pada lobus temporal dapat mengakibatkan hilangnya kemampuan mengingat pengetahuan baru selama kira-kira satu jam lebih. Kerusakan seperti itu tidak berpengaruh pada memori yang diperoleh dalam tahun-tahun sebelum kerusakan terjadi. Penderita sakit jiwa yang menjalani pengobatan kejutan listrik tidak mengingat-ingat kejadian yang berlangsung sejenak sebelum perlakuan tersebut, tetapi memori tentang peristiwa sebelumnya tidak terhalang.

        9. Arti Penting Perilaku adaptif

Perilaku adaptif adalah penyesuaian terhadap obyek  dengan alat sensomotorik, maupun penyesuaian terhadap masalah-masalah biasa.

Berikut macam-macam perilaku adaptif:

  1. Perilaku Makan: Hewan beragam dalam keluasan cita rasanya. Dari yang sangat khusus hingga ke pemakan umum yang dapat memilih di antara sekumpulan spesies yang dapat dimakan. Tujuan makanan ialah energi, tetapi energi diperlukan untuk mencari makanan. Jadi hewan berperilaku sedemikian rupa untuk memaksimumkan perbandingan kerugian/keuntungan dari pencarian makanan itu. Kerugian energi dari mencari makanan diusahakan seminimum mungkin melalui perkembangan “citra mencari” untuk macam makanan yang, untuk sementara, menghasilkan keuntungan yang besar. Untuk beberapa species, citra mencari itu mungkin bukan perwujudan makannya saja, melainkan tempatnya yang khusus. Banyak pula hewan yang menggunakan energinya untuk membangun perangkap, daya tarik dan sejenisnya untuk menarik mangsanya agar berada dalam jangkauannya. Sebagian besar kehidupan hewan sosial berkisar pada makan bersama.

      2. Perilaku Mempertahankan diri: Perilaku berkisar dari melarikan diri dari pemangsa potensial sampai dengan menggunakan senjata bertahan dan penggunaan kamuflase dan mimikri (meniru).

 

BAB III Penutup

Kesimpulan

            Berdasarkan data di atas maka dapat di tarik kesimpulan bahwa perilaku merupakan suatu kegiatan manusia yang dapat diamati secara langsung. Di dalam perilaku sendiri terbagi mejadi dua yaitu perilaku bawaan dan perilaku belajar yang terdiri dari berbagai macam seperti: kebiasaan, perilaku meniru, perilaku yang sesuai norma, pelaziman instrumental, motivasi, konsep, bahasa, memori serta perilaku adaptif. Dari berbagai macam tersebut tentunya akan sangat berpengaruh terhadap kehidupan sosial serta kepribadian individu itu sendiri.

 

Tinggalkan komentar